Album Sore Tugu Pancoran (1985)


Daftar Album
1. Sore Tugu Pancoran
2. Aku Antarkan
3. Ujung Aspal Pondok Gede
4. Tince Sukarti Binti Mahmud
5. Yang Tersendiri
6. Berapa
7. Damai Kami Sepanjang Hari
8. Intermezo
9. Cik










Sore Tugu Pancoran

Si Budi Kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Di simpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran

Menjelang magrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang
Lemah jarimu terkepal

Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah Si Budi diam di dua sisi

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang
Lemah jarimu terkepal


Aku Antarkan

Aku antar kau sore pukul lima
Laju roda dua seperti malas tak beringas
Langit mulai gelap sebentar lagi malam
Namun kau harus kembali tinggalkan kota ini

Saat lampu-lampu mulai dinyalakan
Semakin erat lingkar lenganmu di pinggangku
Jarak bertambah dekat
Dua belok lagi stasion bus antar kota pasti terlihat

Tak terasa seminggu sudah engkau dipelukku
Tak terasa seminggu alangkah cepatnya waktu
Tak terasa seminggu rakus ku lumat bibirmu
Tak terasa seminggu tak bosan kau minta 'itu'

Tiba ditujuan mesin kumatikan
Jariku kau genggam seakan enggan kau lepaskan


Ujung Aspal Pondok Gede

Di kamar ini aku dilahirkan
Di bale bambu buah tangan bapakku
Di rumah ini aku dibesarkan
Dibelai mesra lentik jari ibu

Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede
Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun
Kambing sembilan motor tiga bapak punya
Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya

Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi

Di depan mesjid samping rumah wakil Pak Lurah
Tempat dulu kami bermain mengisi cerahnya hari
Namun sebentar lagi
Angkuh tembok pabrik berdiri
Satu persatu sahabat pergi dan tak pernah kembali

Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi


Tince Sukarti Binti Machmud

Tince Sukarti Binti Machmud
Kembang Desa yang berwajah lembut
Kuning langsat warna kulitnya
Maklum ayah Arab ibunda China

Tince Sukarti Binti Machmud
Ikal mayang engkau punya rambut
Para jejaka takkan lupa
Kerling nakal Karti memang menggoda

Jangankan lelaki muda terpesona yang
Tua jompo pun gila
Sejuta cinta antri dimeja berada
Sukarti hanya tertawa

Bibirmu hidungmu indah menyatu
Tawamu suaramu terdengar merdu
Tince Sukarti hobi memang diabernyanyi
Qasidah rock & roll
Dangdut keroncong ia kuasai…

Tince Sukarti ingin menjadi
Seorang penyanyi
Primadona beken Neng Karti selalu bermimpi

Ibu bapaknya enggan memberi restu
Walau sang anak merayu
Tince Sukarti dasar kepala batu
kemas barang dan berlalu

Tince Sukarti berlari mengejar mimpi
Janji makelar penyanyi orbitkan sukarti
Janji sukarti hati persetan harga diri
Kembang desa layu tak lagi wangi seperti dulu


Yang Tersendiri

Terhempas ku terjaga
Dari lingkar mimpi
Pada titik sepi

Suaramu terngiang
Menembus khayalku
Yang juga tentangmu

Dan ku akui tanpa kemunafikan
Ku cinta kau
Bahwasannya keakuanku bersumpah
Ku cinta kau

Bayangmu menghantui
Setiap gerakku
Dan kemauanku

Dahagaku akanmu
Matikan emosi
Juga ambisiku

Dan ku akui tanpa kemunafikan
Ku cinta kau
Bahwasannya keakuanku bersumpah
Ku cinta kau


Berapa


Berapa jauh seorang lelaki
Tempuh jarak lalu jalan mendaki
Berapa cepat seorang lelaki
Tanpa keluh sigap dia berlari

Berapa dalam seorang lelaki
Selami lautan demi tepati janji
Berapa keras seorang lelaki
Pecahkan cadas di atas kaki sendiri


Damai Kami Sepanjang Hari


Hangat mentari pagi ini
Antarku pulang dari bermimpi
Ramah tersenyum matahari
Inginkan aku tuk bernyanyi

Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami
http://www.free-lyrics.org/12867-Iwan-Fals.html

Perlahan kau bangunkan aku
Hantarkan segelas kopi
Dengar canda adik adik ku
Ingin kan aku seg'ra bersatu

Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami

Semoga akan tetap abadi
Pagi ini pagi esok
Esok hari hari nanti

Semoga tak'an pernah berhanti
Canda hari canda pagi
Damai kami sepanjang hari


Intermezo

Katanya malam sepi
Ternyata malam tak sepi
Malam katanya sama
Ternyata malam tak sama

Didesaku dikotamu
Memang ada malam
Dihatimu dihatiku
Malam memang ada

Namun malammu tak sama malamku
Namun hatimu tak sama hatiku
Pahamkah kau ceritaku tantang malam

Malam didesaku nyanyi jangkrik merdu
Malam dikotamu keluh kesah bertalu
Malam dihatiku tetap gelap tak terang
Malam dihatimu gelap jadi bumerang
Sukur...

Oh ya, disini jurang kita
Dalam...dalam teramat dalam
Seperti gelapnya malam

Di heningnya malam
Di redupnya sinar
Satu rembulan berjuta bintang

Ayun kaki membelah sepi
Iring angan hidup punya arti
Seorang lelaki coba sembunyi

Kala keseribu teguk
Hanguslah problema yang menghimpit dada
Berbisik seorang pemabuk
Kepada dunia yang remehkan dia
Kepada dunia yang remehkan dia

Hembus angin lewat
Belai tubuh penat
Seorang lelaki bergumul pekat

Bosan kadang singgah
Di jiwa yang lelah
Kadang ada jemu
Sekejap berlalu

Kala keseribu teguk
Hanguslah problema yang menghimpit dada
Berbisik seorang pemabuk
Kepada dunia yang remehkan dia
Kepada dunia yang remehkan dia


Cik


Cepat kemari calon istriku
Ajarkan aku setiap pagi
Kucium mesra bibirmu

Larilah dekap tubuhku erat
Otakku buntu aku tak tahu
Hadapi soal serupa itu
Nona cantik calon istriku tolonglah aku

Pikat hatiku dengan tingkahmu
Sebelum kita siap arungi
Lautan luas penuh tantangan
Tampak perahu kecil kita menunggu di dermaga

Riak gelombang suatu rintangan
Ingat itu pasti kan datang
Karang tajam sepintas seram
Usah gentar bersatu terjang

Ulurkan tanganmu
Pasti kugenggam jarimu
Kecup mesra hatiku
Rintangan kuyakin pasti berlalu

Ulurkan tanganmu
Pasti kugenggam jarimu
Kecup mesra hatiku
Rintangan kuyakin pasti berlalu

Riak gelombang suatu rintangan
Ingat itu pasti kan datang
Karang tajam sepintas seram
Usah gentar bersatu terjang

Cepat kemari calon istriku
Ajarkan aku setiap pagi
Kucium mesra jidatmu

Larilah dekap tubuhku erat
Otakku buntu aku tak tahu
Hadapi soal serupa itu
Nona cantik calon istriku tolonglah aku

Pikat hatiku dengan tingkahmu
Sebelum kita siap arungi
Lautan luas penuh tantangan
Tampak perahu kecil kita menunggu di dermaga



Comments

Posting Komentar